Oleh : Ramla Datuela (Anggota Korps HMI Wati Bolmut)
BOLMONGRAYA.CO, OPINI – Di ambang HUT Bolmut ke-17 yang semestinya menjadi momen sukacita dan perayaan meriah, sebuah ironi menyelimuti euforia masyarakat. Di saat seharusnya tawa dan keceriaan mewarnai peringatan hari jadi daerah tercinta, duka justru menyelimuti hati para pahlawan kebersihan. Kebijakan pemecatan yang tiba-tiba dan tanpa pertimbangan matang oleh Dinas Lingkungan Hidup (DLH) bagaikan luka menganga di hari istimewa ini.
Tindakan ini bagaikan pisau bermata dua. Di satu sisi, ini menandakan kegagalan sistem dalam mengelola dan menghargai jasa para pekerja yang telah lama mengabdikan diri. Di sisi lain, luka dan kesedihan menyelimuti hati para pekerja dan keluarga mereka yang kini dihadapkan pada ketidakpastian masa depan.
Pemecatan ini bukan sekadar persoalan administratif, tapi juga tentang rasa kemanusiaan dan keadilan. Para pekerja kebersihan, yang selama ini berjibaku membersihkan dan menjaga lingkungan, kini dipaksa untuk kehilangan pekerjaan dan sumber penghasilan mereka.
Ironisnya lagi, kebijakan ini terjadi di tengah-tengah wacana pemekaran daerah dan komitmen untuk memastikan bahwa tidak ada yang terpinggirkan. Kata-kata Ketua Presidium Pemekaran Bolmut, Moh. Irianto Christoffel Buhang, “Jangan ada sejengkal tanah dan seorang manusiapun yang termarginalkan di negeri ini,” terasa bagaikan tamparan di wajah kenyataan pahit.
Di mana rasa kemanusiaan saat melihat para pekerja asli Binadow ini terpinggirkan? Apakah mereka bukan bagian dari masyarakat Bolmut? Apakah mereka tidak berhak atas kehidupan yang layak?
Mereka bukan pelancong atau turis yang datang dan pergi. Mereka adalah warga asli yang mengabdikan diri untuk kelestarian lingkungan dan kenyamanan hidup masyarakat. Mereka hanya ingin sesuap nasi, menghidupi keluarga, dan berkontribusi bagi kemajuan daerah.
Ironisnya, para pejabat yang hidup dalam kemewahan, dengan tunjangan dan fasilitas berlimpah, tak peduli akan jerih payah dan kebutuhan dasar para pekerja ini. Mereka tak merasakan panasnya matahari dan dinginnya malam yang dihadapi para petugas kebersihan saat membersihkan jalanan dan menjaga kebersihan lingkungan.
Di hari ulang tahun Bolmut ini, duka menyelimuti para pekerja kebersihan dan keluarga mereka. Sebuah kado pahit yang tak terduga, mencoreng makna perayaan dan mengusik rasa keadilan di hati masyarakat.
Sudah saatnya bagi Pemkab Bolmut dan DLH untuk meninjau kembali kebijakan ini. Dengarkan suara rakyat, perhatikan nasib para pekerja, dan tunjukkan bahwa Bolmut benar-benar daerah yang peduli dan menghargai semua warganya.
Pertanyaan yang Menggantung dalam benak saya, Apakah pemecatan ini merupakan bagian dari upaya efisiensi anggaran? Jika ya, mengapa tidak dicari solusi yang lebih manusiawi dan adil?, Mengapa tidak ada dialog dan komunikasi yang terbuka dengan para pekerja sebelum kebijakan ini diambil?, Apa langkah konkret yang akan diambil Pemkab Bolmut untuk membantu para pekerja yang dipecat?, Bagaimana kelanjutan komitmen Bolmut untuk memastikan bahwa tidak ada yang terpinggirkan dalam proses pemekaran daerah?
Pemecatan para pekerja kebersihan Bolmut bukan hanya tragedi individu, tapi juga tragedi kemanusiaan dan krisis kepemimpinan. Ini adalah momen bagi Pemkab Bolmut untuk menunjukkan komitmennya pada keadilan, rasa hormat, dan kesejahteraan semua warganya.
Mari kita kawal dan dukung para pekerja kebersihan Bolmut dalam perjuangan mereka untuk mendapatkan keadilan dan kehidupan yang layak.
#Pecat_Kepala_DLH_Bolmut #KeadilanBagiPekerjaKebersihanBolmut #StopPemecatanSewenangwenang #BolmutHarusPeduli
Editor : Chan