BOLMONGRAYA.CO, BOLMONG– Sangadi (Kepala desa, red) Pangian Barat Evi Bukut angkat bicara terkait aksi unjuk rasa sebagian warga yang menuntut dirinya mundur dari jabatan.
Kepada media, Evi memberikan klarifikasi menyeluruh soal polemik yang berkembang di desa yang saat ini dipimpinnya.
Menurut Evi, aksi protes warga tersebut tidak sepenuhnya berdasar dan dipicu oleh persoalan yang seharusnya tidak dibuka secara luas ke publik.
Ia menegaskan, akar masalahnya berkaitan dengan penerapan sanksi adat atas kasus perselingkuhan atau perzinahan yang terjadi di desanya.
“Persoalan ini muncul karena pemerintah desa menerapkan sanksi adat terhadap pelanggaran norma, yakni perselingkuhan. Denda adat yang dikenakan sudah melalui kesepakatan bersama dengan tokoh-tokoh masyarakat,” ungkap Evi, Senin (17/6).
Namun lanjut Evi, denda adat yang seharusnya menjadi bagian dari penegakan nilai-nilai lokal justru dipelintir menjadi isu yang mengarah pada ketidakpercayaan terhadap pemerintah desa.
“Mereka mempertanyakan penggunaan dana dari denda adat tersebut. Padahal dana itu digunakan untuk kepentingan umum, seperti pengecatan masjid dan kebutuhan lainnya di desa. Semua transparan,” jelasnya.
Tidak hanya itu, Evi juga menepis tudingan bahwa kepemimpinannya lumpuh. Menurutnya, semua kegiatan pembangunan dan pelayanan masyarakat rutin ia publikasikan melalui media sosial agar masyarakat luas dapat melihat progres yang dicapai di Desa Pangian Barat.
“Setiap pembangunan saya update di Facebook. Itu bentuk keterbukaan saya. Saya ingin masyarakat tahu bahwa pemerintah desa tetap berjalan, pelayanan juga tetap maksimal,” tegasnya.
Soal adanya sebagian warga yang tidak menyukainya, Evi menanggapinya dengan dewasa.
“Itu hal biasa. Dalam setiap kepemimpinan pasti ada pro dan kontra. Tapi saya tidak membenci mereka. Mereka tetap warga saya, dan saya mencintai mereka,” ucap Evi dengan nada tenang.
Ia pun berharap agar dinamika ini bisa disikapi dengan kepala dingin, dan mengajak semua pihak untuk kembali membangun desa bersama-sama dalam suasana damai dan penuh semangat gotong royong.
“Kalau ada yang perlu dikritik, mari kita duduk bersama. Saya terbuka untuk masukan. Yang penting niat kita sama, untuk kemajuan Desa Pangian Barat,” tutupnya.**