BOLMONGRAYA.CO, BUTON TENGAH — Pj Bupati Kabupaten Buton Tengah, Andi Muhammad Yusuf, menyatakan akan mendistribusikan air bersih di wilayah yang terdampak krisis air yang berada di Kecamatan Gu, Senin, (16/10/2023).
Wilayah yang terdampak krisis air itu diantaranya Desa Lowu-lowu, dan Lingkungan Kaliwu-liwuto, Kelurahan Watuluea. Untuk menanggulangi masalah itu, Pemerintah Daerah menurunkan bantuan berupa air bersih untuk kedua wilayah tersebut sebanyak 4000 liter.
“Saya pikir itu kita sudah tindak lanjuti yah. Terutama kita para teman-teman, termasuk saya Pak Sekda dan semua teman-teman OPD langsung mengambil sikap antisipasi untuk masyarakat kita disana,” ujar Andi Muhammad Yusup kepada awak media saat dikonfirmasi mengenai masalah tersebut di aula Kantor Bupati Buton Tengah.
“Alhamdulillah mereka sudah tertangani. Kita berharap hujan segera turun dan keadaan kembali normal,” pintanya.
Menurut Sekretaris Daerah Kabupaten Buton Tengah, Konstantinus Bukide, bantuan air bersih untuk dua wilayah yang terdampak krisis tersebut bersifat jangka pendek atau sementara. Mengingat mereka merupakan pelanggan PDAM.
“Jangka panjangnya itu kita upayakan status PDAM lombe ini, itu kita bisa take over. Bisa di kelola oleh PDAM Buton Tengah. Atau tidak, alternatifnya bagaimana kita mencari satu sumber air kita bikinkan titik sumur bor untuk masyarakat,” urai Sekda saat di konfirmasi Bolmongraya.co, Selasa, (17/10/2023).
Sebelumnya, kelompok masyarakat dari kedua wilayah tersebut, turun ke jalan melakukan aksi menuntut Pemerintah Daerah Kabupaten Buton Tengah agar bertanggungjawab menangani masalah tersebut.
Masyarakat meminta segera menurunkan bantuan di kedua wilayah itu. Karena telah mengalami krisis air bersih yang sudah berlangsung selama empat bulan.
Menurut masyarakat, krisis air bersih yang berkepanjangan itu, akan berdampak pada kesehatan warga secara serius khususnya para Ibu hamil dan anak-anak.
“Bagaimana mau turun angka stunting kalau masyarakat tidak mendapatkan air bersih?
Hari ini, di Kecamatan Gu, dua titik ini sangat rawan,” kata Laode Gogo, koordinator aksi mewakili masyarakat terdampak krisis air bersih sewaktu dikonfirmasi Bolmongraya.co usai aksi, Senin, (09/10/2023).
“Artinya, ketika masyarakat tidak memperoleh air bersih maka, secara otomatis tingkat untuk bertambahnya jumlah stunting itu di dua titik ini, dia berpotensi untuk naik,” sambungya.
Laode juga menerangkan dampak kesehatan dari krisis air bersih yang di alami masyarakat dari kedua wilayah tersebut, lantaran tidak mengkonsumsi air bersih, kata dia, ada empat jiwa di wilayahnya yang berpotensi akan mengalami stunting.
“sudah ada calon empat orang stunting disana. Karena mereka ini tidak mengkonsumsi air bersih,” ujar Laode.
“Ketika hari ini kita mendesak pada Pemda, Pemda secara otomatis harus bertanggung jawab terhadap bagaimana bisa mendapatkan air bersih terhadap masyarakatnya karena itu, cuma dua titik tadi itu. Sehingga bagaimana penanganan stunting itu bisa turun,” lanjutnya.
Dari penjelasan Laode, dua wilayah yang mengalami krisis air tersebut mempunyai sumber air. Namun 60 persen kandungan air dari sumber itu berasa asin. Yang ketika digunakan untuk mencuci air sabunnya tidak berbusa karena tersambung denga air laut.
Musibah yang mereka alami ini juga sudah berlangsung selama empat bulan sejak musim kemarau datang melanda di wilayah tersebut. Baik itu untuk keperluan mandi, memasak, mencuci beras, semuanya menggunakan air laut.
“Untuk air minumnya mereka pergi cari di eks tanjung sana pakai perahu. Mereka bawa gen tapi kalau sudah keras ombak yah sudah. Kadang beli di galon itu, kadang satu galon itu dibagi dua Kepala Keluarga tapi itu kalau ada uang,” urai Laode.
Laode pun menambahkan, 4.000 liter bantuan Pemerintah Daerah Kabupaten Buton Tengah itu, kata dia, masih belum cukup untuk kebutuhan dan bertahan hidup mereka selama menghadapi krisis air.
“4 tangki itu kalau di bagi 500 KK dari keseluruhan kedua wilayah sekitar 10 literan 1 KK,” tutupnya. (Adv).
Reporter: Sadly