BOLMONGRAYA.CO, BOLMONG – Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) Kabupaten Bolaang Mongondow (Bolmong) Rabu, 26 Februari 2020 menggelar Focus Group Discussion (FGD) terkait penyusunan dokumen Rencana Aksi Daerah (RAD) penurunan Stunting, yang dilaksanakan di ruang rapat kantor Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda).
Kepala Bappeda Bolmong, Yarlis Awaludin Hatam dalam sambutannya mengatakan, Stunting adalah kondisi gagal tumbuh pada anak akibat kekurangan gizi kronis terutama pada 1000 Hari Pertama Kelahiran (HPK).
“Kondisi gagal tumbuh pada anak balita disebabkan oleh kurangnya asupan gizi yang berulang, infeksi berulang dan pola
asuh yang tidak memadai terutama dalam 1000 HPK. Stunting juga menjadikan lebih rentan terhadap penyakit,” ujar Yarlis.
Yarlis menjelaskan, upaya penurunan stunting dilakukan melalui 2 intervensi, yaitu intervensi gizi spesifik, untuk menyasar penyebab langsung dan intervensi sensitive untuk menyasar penyebab tidak langsung.
“Intervensi spesifik umumnya diberikan oleh berbagai program pada sektor kesehatan yang menyasar penyebab langsung, seperti asupan makanan, infeksi, status gizi ibu, penyakit menular, kekurangan nutrisi dan kesehatan lingkungan,” jelas Yarlis.
Selain itu, lanjut Yarlis, intervensi sensitive ditujukan melalui berbagai kegiatan pembangunan diluar sektor kesehatan, dengan sasaran adalah masyarakat umum, tidak khusus pada ibu hamil dan balita 1000 HPK dan berkontribusi pada 70% intervensi stunting.
“Kegiatan yang dilakukan antara lain, menyediakan dan memastikan akses pada air bersih sanitasi Layanan Jaminan Kesehatan Nasional, Pendidikan Anak Usia Dini Universal dan Ketahanan Pangan,” katanya.
Diketahui, FGD ini dihadiri oleh Asisten Perekonomian, Pembangunan dan Kesra Setda Bolmong, para Kepala Perangkat Daerah, Kasubid Pendidikan, Mental dan Budaya Bappeda Prov Sulut Dra.Yenny Palit, SE, serta Tenaga Ahli Narasumber dari Lembaga C-More (Community Movement, Empowerment Enviromental) Sulawesi Utara, Drs. Boaz Wilar, M.Si.
Lung