Oleh: Taufik Bilfaqih
Desember 24, 2019
Di Manado, Natal tidak saja sebagai momen sakral bagi umat Kristiani. Tidak sekedar menjadi momen terbaik untuk peribadatan. Bahkan bukan hanya momen libur panjang apalagi untuk menyambut pergantian tahun.
Natal, bagi masyarakat disini, telah mendarah daging. Ia membudaya, semacam menjadi kebutuhan akan melanjutkan peradaban hidup. Uniknya, itu tidak hanya bagi para penganutnya, melainkan umat dari golongan lain. Mereka memanfaatkan natal untuk ajang mempererat silaturahmi kepada umat yang merayakan hingga turut berperan dalam menyukseskan program-program kegiatan menjelang, saat hingga pasca natal.
Mereka yang dimaksud, sebagian Muslim Manado dengan kesedaran dan keinsafan internal dalam diri untuk terlibat pada perayaan Natal. Ibadah di Gereja yang dijaga oleh sebagian pemuda dengan seragam ala muslim, adalah pemandangan yang sudah tak asing dan bahkan biasa-biasa saja. Namun, jauh dari sekadar menjaga gereja dan atau sekadar memberikan ucapan selamat, sebagian Muslim di sini justru terlibat dalam rangkaian peribadatan, kunjung mengunjung rumah, makan bersama hingga aktivitas perayaan lainnya.
Tentu, yang dimaksud terlibat dalam rangkaian peribadatan bukan berarti ikut beribadah ala umat Kristiani, melainkan sekadar menghadiri prosesi ceremoni kegiatan natal. Meski demikian, Muslim Manado yang dimaksud, bukanlah kelompok tertentu. Yakni golongan yang memakai dalil “Man tasyabbaha biqaumin fahuwa minhum”; barangsiapa yang berusaha sekuat tenaga menyerupai suatu kaum maka ia termasuk diantara mereka*. Kalimat ini mejadi senjata bagi kalangan muslim tertentu untuk tidak mentolerir golongan muslim yang suka bergaul dengan ummat lain. Bahkan, mereka tidak segan-segan melabeli kafir.
Di Manado, kelompok Muslim ini tidak nyaring, meski sesekali bissing. Keberadaan mereka patut dihargai. Sebab, demikianlah ragam orang dalam bersikap. Tak perlu disalahkan. Semua kelompok bahkan pribadi, punya hak berkeyakinan dan berpendapat. Selama semua itu tidak dibarengi dengan tindakan paksaan, kekerasan bahkan cenderung menghakimi orang lain.
Natal adalah kesempatan untuk memberikan pesan Islam yang damai kepada ummat Kristiani. Natal, merupakan momen bagi Muslim Manado yang berpikir terbuka, sebagai ajang menggambarkan betapa Islam adalah agama yang universal dan senantiasa menjaga semangat solidaritas dan soliditas antar umat manusia. Natal, secara formal adalah perayaan bagi ummat Kristen, tapi momen seperti ini oleh Muslim di Manado mengkampanyekan kalimat “Kita tak bersaudara dalam aqidah, namun dipersaudarakan dalam ikatan kemanusiaan”.
Demikian, pesan Natal. Baku-baku bae. Baku-baku Sayang. Baku-baku jaga.
Selamat Natal buat seluruh yang menikmatinya. Berkah hidup, damailah negeri.
Salam Takdzim untuk semua…
*terkait dalil ini, begitu banyak tafsirnya. Bisa ditinjau dari sisi bahasa, filosofi hingga subtansinya. Silahkan mondok (langsung ke mursyid, boleh juga ke mbah yai Google).
Semoga Allah memudahkan hidup Kita semua dari kebelengguan hidup.
Taufik Bilfaqih dan Keluarga.