BOLMONGRAYA.CO, BOLSEL – Wujud keseriusan dalam penanganan bencana alam, Pemerintah Daerah (Pemda), Kabupaten Bolaang Mongondow Selatan (Bolsel), bekerjasama dengan Wildlife Conservation Society (WCS) Indonesia Program menyelenggarakan kajian lapangan untuk upaya mitigasi bencana banjir.
Kegiatan lapangan ini diselenggarakan selama satu minggu kedepan di tujuh Kecamatan melalui identifikasi kawasan dengan Nilai Konservasi Tinggi (NKT) di tingkat Lanskap Kabupaten Bolsel.
Kajian lapangan ini juga melibatkan setidaknya 25 peserta dari perwakilan jajaran Pemkab Bolsel, KPH II Bolsel-Boltim dan WCS.
Ketua tim ahli kajian NKT Lanskap Bolsel dari Institut Pertanian Bogor (IPB), Idung Risdiyanto M.Sc menyampaikan, upaya mitigasi banjir dapat dilakukan dengan mengkaji dan mengidentifikasi area lanskap Bolsel.
Yang berkontribusi pada penyediaan jasa lingkungan pengendali banjir yang masuk dalam kelompok kajian NKT 4.
Masuk dalam definisi NKT 4 (HCV Toolkit Indonesia, 2008) adalah kawasan yang menyediakan jasa lingkungan alami.
Seperti penyedian air dan pengendalian banjir bagi masyarakat hilir, erosi dan sedimentasi serta kawasan yang berfungsi sebagai sekat alam untuk mencegah meluasnya kebakaran hutan dan lahan.
Hal ini sangat penting bagi daerah Bolsel, dengan karakteristik bentang lahan kompleks dengan banyaknya daerah aliran sungai, lereng-lereng yang curam dan terjal, serta rentan akan banjir.
Dalam NKT 4 ini, akan dikaji area-area penyedia jasa ekosistem dasar pada lanskap Bolsel yang mempunyai kondisi esensial.
Termasuk pada perlindungan daerah tangkapan air dan kontrol erosi pada tanah rentan dan lereng.
“Dengan mengenali area NKT 4, dapat dijadikan sebagai salah satu upaya untuk memitigasi bencana banjir di lanskap Bolsel ini,” ujar Idung di Kantor Bappelitbangda Bolsel, Rabu 14 Oktober 2020.
Ia menambahkan kajian lapangan NKT lanskap Bolsel dilaksanakan secara menyeluruh dan terpadu.
Selain kajian NKT 4 mengenai jasa ekosistem, kajian ini juga mencakup 5 nilai kajian yang lain.
Yaitu NKT 1 tentang Keragaman Hayati, NKT 2 Ekosistem Tingkat Lanskap dan Mosaik, NKT 3 tentang Ekosistem dan Habitat, NKT 5 tentang Kebutuhan Masyarakat, NKT 6 tentang Nilai Budaya.
Sementara itu, Kabid Litbang-Bappelitbangda Bolsel Wawan Gobel mengatakan, kajian NKT pada tingkat lanskap Bolsel, merupakan bentuk keseriusan Pemkab Bolsel dalam upaya mengelola bentang lahan Bolsel secara terpadu dan lestari.
Termasuk tentunya upaya nyata untuk mitigasi bencana banjir dan perlindungan daerah-daerah rawan dan penting lainnya.
“Itulah sebabnya kami dari jajaran pemkab, KPH dan WCS turun untuk melihat langsung ke lapangan dan mengkaji sesuai dengan standar-standar pengkajian NKT yang telah dilatih sebelumnya oleh tim ahli kajian NKT,” ucap Wawan.
Terpisah, Dr. Ir. Titiek Setyawati, M.Sc Peneliti Ekologi Hutan di Badan Litbang Kehutanan dan Inovasi-Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan menegaskan pentingnya pengelolaan terpadu dari hulu ke hilir, dari gunung ke laut pada bentang alam kompleks Bolsel ini.
Hal ini tidak saja baik untuk kelestarian keanekaragaman hayati dan habitatnya di lanskap Bolsel.
Namun juga optimalisasi nilai sosial dan ekonomi yang dihasilkan dari kelestarian lingkungan yang ada.
Tentunya dengan lingkungan yang minim atau termitigasi bencananya baik itu banjir, longsor, erosi, sedimentasi bahkan polusi yang terjadi dari ujung hulu hingga ke muara pesisir.
“Nah, kajian NKT ini menjadi alat penting sebagai dasar pengelolaan terpadu tersebut di lanskap Bolsel,” kata dia.
Kajian lapangan ini sebelumnya telah didahului dengan pelaksanaan pelatihan teknis kajian lapangan kawasan NKT tingkat lanskap Kabupaten Bolsel.
Selama sehari pada tanggal 9 Oktober 2020, secara online dan offline yang dipusatkan di Kantor Bappelitbangda Bolsel.
Kegiatan pelatihan diikuti oleh 30 peserta kajian dari jajaran Pemkab Bolsel, BKSDA Sulawesi Utara, TN Bogani Nani Wartabone, dan KPH II Boltim – Bolsel.
Dengan dukungan tim ahli dari praktisi NKT termasuk WCS Indonesia Program, Institut Pertanian Bogor (IPB), Ideas dan Tropenbos Indonesia.
Sekedar diketahui, Nilai Konservasi Tinggi menurut definisi HCVRN (2017) adalah nilai-nilai biologis, ekologis, sosial dan/atau budaya yang memiliki arti (signifikansi) dan/atau peranan yang sangat penting bagi keberlangsungan hidup manusia dan alam.
Paisal Tuliabu