BOLMONGRAYA.CO, BOLMONG – Pemerintah Kabupaten Bolaang Mongondow (Bolmong) melalui Dinas Pendidikan terus melakukan langkah-langkah dan strategi untuk menekan angka anak putus sekolah.
Langkah tersebut, sebagai upaya mewujudkan visi misi Pemkab Bolmong tentang peningkatan Indeks Pembangunan Manusia (IPM).
Kepada Dinas Pendidikan Bolmong Renti Mokoginta mengatakan, sejak tahun 2017 hingga 2019, angka anak putus sekolah dalam neraca pendidikan menunjukkan penurunan yang signifikan.
“Tahun 2017, jumlah anak putus sekolah ada 726 anak, tahun 2018 tinggal 255, dan di tahun 2019 masih ada sekitar 106 anak lagi. Saya berharap angka putus sekolah di Bolmong akan terus berkurang,” kata Renti, Jumat, 03 Juli 2020.
Renti menjelaskan, ada beberapa strategi untuk menekan angka anak putus sekolah, mulai dari mengambil inisiatif untuk turun langsung ke sekolah-sekolah yang berada di wilayah terisolir.
Namun Renti mengakui, saat kunjungannya ke desa Pomoman, Kecamatan Poigar, dan SD Kolingangaan kecamatan Bilalang, ia mendapati masih banyak anak yang putus sekolah karena kebih memilih berkebun.
“Ini miris sekali, pendidikan sangat penting bagi seluruh anak. Kalaupun anak itu sudah lulus SD, dia tak mau lagi melanjutkan pendidikannya di jenjang berikutnya karena terhambat jarak dan akses jalan yang kurang memadai. Kendati begitu, saya tetap berupaya mengingatkan kepada kepala sekolah dari masing-masing sekolah agar lebih giat lagi mengajak serta membangkitkan kembali gairah anak-anak tersebut untuk bersekolah. Kalau perlu, jemput dirumah mereka,” jelas Renti.
Sementara strategi lainnya yang disiapkan kata Renti, yaitu membuat sekolah satu atap (Satap) SD dan SMP dalam satu wilayah.
“Seperti yang terjadi di Dusun Gunung Saru, kita telah mengambil inisiatif untuk membuka kelas Satap di desa tersebut, mengingat ada sekira 15 anak yang putus sekolah dan tak mau lagi melanjutkan pendidikannya karena jarak dari desanya ke desa seberang tempat SMP berada, sangat jauh,” beber Renti.
Renti menambahkan, sejauh ini ada beberapa catatan pekerjaan rumah yang harus diselesaikan usai melakukan peninjauan sekolah di pelosok.
“Fasilitas sekolah dan tunjangan guru pelosok juga menjadi salah satu catatan kami untuk ditindaklanjuti, sejumlah guru di pelosok sudah tidak menerima lagi tunjangan guru pelosok. Padahal itu penting meningkatkan semangat pengajar di wilayah terpencil, seperti di Desa Ikarad, sebagian sekolah tidak menerima lagi tunjangan guru di pelosok. Setelah kita cek ternyata pemberian tunjangan itu berdasarkan data pemberian pemberdayaan desa. Padahal tahun lalu ada, yang pasti kita akan tindak lanjuti,” tutupnya.
Diketahui, sepekan terakhir ini, tim dari Disdik Bolmong tengah gencar melakukan terobosan dengan berkunjung di Sekolah Dasar (SD) dan Sekolah Menengah Pertama (SMP) yang tersebar di beberapa wilayah pelosok di Bolmong untuk melaksanakan Desiminasi Pendidikan.
Yadi Bangol