BOLMONGRAYA.CO, BUTON TENGAH – Setelah tekanan massa aksi yang kian memanas, Ketua Bawaslu Buton Tengah, Helius Udaya, akhirnya keluar menemui para demonstran yang sejak siang hari menggelar aksi protes di depan Kantor Bawaslu. Selasa, (03/11/2024).
Namun, alih-alih meredakan ketegangan, pernyataan Helius yang normatif dan terkesan basa-basi justru memicu kekecewaan yang lebih dalam di kalangan massa.
Helius muncul dengan pengawalan ketat aparat kepolisian sekitar pukul 16.00 WITA, setelah massa Aliansi Buteng Menggugat terus mendesak agar dirinya bertanggung jawab atas dugaan kelalaian dalam menindaklanjuti laporan kecurangan pemilu di Kecamatan Gu, Lakudo, dan Sangia Wambulu. Namun, jawaban yang diberikan dianggap tidak memberikan solusi konkret.
“Kami masih menindaklanjuti laporan yang masuk sesuai prosedur. Kami meminta masyarakat bersabar karena proses ini membutuhkan waktu,” ujar Helius dengan nada datar di tengah kerumunan massa yang terlihat semakin frustrasi.
Jawaban tersebut langsung disambut sorakan kecewa dari para demonstran. “Kami sudah menunggu tiga hari tanpa hasil, dan sekarang Anda hanya memberi kami alasan klise? Di mana keadilan yang Anda janjikan?” teriak salah seorang orator, Dimas, dengan nada emosional.
Massa menilai pernyataan Helius hanyalah upaya untuk meredam emosi tanpa memberikan langkah nyata untuk menyelesaikan masalah. Mereka merasa bahwa jawaban tersebut lebih ditujukan untuk menyenangkan telinga, bukan mencerminkan komitmen untuk bertindak tegas terhadap dugaan kecurangan.
“Kami sudah cukup mendengar omong kosong seperti ini! Jika Bawaslu serius, kenapa sampai sekarang surat rekomendasi belum dikeluarkan?” ujar seorang demonstran lainnya, Acang, yang disambut dengan gemuruh dukungan dari massa.
Ketegangan meningkat saat beberapa demonstran mencoba mendekati Helius, namun dihalau oleh aparat keamanan. Situasi ini semakin memunculkan kesan bahwa Ketua Bawaslu sedang berupaya menghindari tanggung jawab.
Helius tidak memberikan waktu panjang untuk berdialog dan langsung kembali ke dalam gedung setelah berbicara singkat. Keputusan tersebut memicu kemarahan lebih lanjut dari massa, yang menilai bahwa Helius tidak serius dalam mendengarkan aspirasi mereka.
“Kami tidak butuh jawaban normatif atau formalitas! Kami butuh keadilan dan keberanian untuk membela suara rakyat. Jika Bawaslu Buton Tengah tidak mampu, maka mereka lebih baik mundur!” tegas seorang koordinator aksi, Dimas, saat berdialog dengan Helius.
Hingga petang, massa masih bertahan di depan Kantor Bawaslu, bersikukuh untuk melanjutkan aksi mereka hingga ada keputusan yang jelas.
Masyarakat Buton Tengah kini semakin kehilangan kepercayaan pada lembaga pengawas pemilu yang seharusnya berdiri di garda depan melindungi hak demokrasi.
Krisis ini tidak hanya menjadi ujian bagi kepemimpinan Helius Udaya, tetapi juga sebuah cermin gelap bagi penyelenggaraan demokrasi di daerah.
Akankah Bawaslu mampu memulihkan kredibilitasnya, atau justru semakin tenggelam dalam gelombang ketidakpuasan publik? Hanya waktu yang bisa menjawab.
Reporter: Sadly