Waktu itu, beberapa organisasi mahasiswa melakukan pendampingan terhadap masyarakat pesisir yang menolak tambang pasir besi di Kabupaten Bolaang Mongondow Timur (Boltim). Berbagai upaya telah dilakukan masyarakat sekitar untuk mengusir perusahaan tersebut.
Diantaranya, menghadang rombongan Gubernur Sulawesi Utara (Sulut), kala itu Almarhum Sinyo Harry Sarundajang yang akan menghadiri HUT pertama Kabupaten Boltim.
Penghadangan itu, dilakukan beberapa aktivis Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) cabang Bolmong, dan mendapat dukungan dari berbagai pihak termasuk organisasi kemahasiswaan seperti IMM Cabang Bolmong, LMND Cabang Tondano, WALHI Sulut dan lainnya.
Dengan semangat kemenangan rakyat menjadi sebuah harga mati, Sembilan aktivis tersebut rela menghadang Patwal robongan Gubernur sulut yang akan menghadiri HUT Boltim yang pertama. (tahun 2009).
Penghadangan tersebut pun, dibilang banyak orang termasuk para senior “Nekat”. Bagaimana tidak, Harmoko Mando, Gito Simbala, Hairun Laode, Supriono Paputungan, Irwan Modeong, Fajri Syamsudin, Ryan Korompot dan Achmad Syamsudin, rela mempertaruhkan nyawa mereka di atas aspal panas desa Paret dan setengah badan berada di bawah kolong mobil patwal Gubernur.
Spontan kami berhadap-hadapan dengan aparat kepolisian, termasuk diseret dari bawah mobil secara kasar. Namun, aksi itu berhasil mengembalikan semangat warga untuk menolak perusahaan yang mulai tergerus akibat banyaknya intimidasi dari berbagai pihak yang merasa dirugikan.
Selepas itu, kami pun diburu bagaikan teroris oleh aparat kepolisian, sehingga kami harus berdiam diri di tengah hutan menunggu keadaan kondusif lalu pulang di tengah malam dengan penuh kewaspadaan dan sembunyi-sembunyi.
Alasan masyarakat menolak perusahaan pasir besi sederhana, mereka tidak ingin terjadi kerusakan ekosistem lingkungan di pesisir pantai, abrasi pantai, terjadi pergeseran garis pantai yang dipadati pemukiman para nelayan, dan paling penting tidak mengganggu mata pencaharian mereka.
Dari banyak aksi protes yang dilakukan masyarakat, beberapa tahun kemudian Perusahaan tersebut berhasil dipulangkan secara paksa dari Kabupaten Boltim.
Selamat Ulang Tahun ke 13 Boltim ku tercinta, semoga tetap Bersinar…
Penulis : Hairun Laode, warga yang lahir dari sebuah desa kecil di Kabupaten Boltim yaitu ‘Desa Buyandi’.